1.
Setiap ilmu memiliki objek material dan objek
formal, apa yang menjadi objek materi dan objek formal filsafat politik, sebut
dan jelaskan
Jawab:
Objek materia filsafat politik, yaitu objek pembahasan filsafat
yang meliputi segala sesuatu baik yang bersifat material konkrit maupun sesuatu
yang bersifat abstrak, dalam hal ini objek materia filsafat politik adalah hal
ihwal kewarganegaraan. Sedangkan objek
forma filsafat politik adalah cara memandang seseorang peneliti terhadap
objek materia tersebut, dalam hal ini objek forma filsafat politik adalah
pandangan mengenai hal ihwal kewarganegaraan.
2.
Untuk dapat berfilsafat politik, mahasiswa harus
memahami apa itu filsafat
a.
Jelaskan arti filsafat
b.
Sebut dan jelaskan secara singkat ciri pemikiran
filsafat
c.
Sebutkan cabang-cabang
filsafat
d.
Gambarkan dengan bantuan pohon filsafat letak
filsafat politik dalam cabang filsafat
Jawab:
a.
Filsafat artinya sama
dengan falsafah=philosophia yang
artinya cinta kebijaksanaan (Philo=cinta,
sophia=kebijaksanaan). Filsafat
menemukan sebuah kebenaran karena filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat
bertujuan mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik
dan menilai pengetahuan ini, menemukan hakikatnya dan menerbitkan serta
mengatur semuannya itu, di dalam bentuk yang sistematis. Filsafat membawa kita
kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yag lebih layak.
b.
Ciri pemikiran filsafat
·
Louis
O.Kattsoff, ciri emikiran filsafat ada enam
v
Sebagai suatu bagan konsepsional
v
Saling hubngan antar jawaban-jawaban
kefilsafatan
v
Bersifat koheren
v
Merupakan pemikiran rasional
v
Bersifat menyeluruh
v
Suatu pandangan dunia
·
Suyadi,
M.P., ciri pemikiran filsafat sebagai berikut
v
Bersifat menyeluruh
v
Bersifat mendasar dan mendalam
v
Bersifat spekulatif
c.
Cabang-cabang filsafat menurut beberapa Ahli:
·
Plato,
membedakan lapangan filsafat menjadi tiga macam cabang diantaranya:
Ø
Dialektika: yang membicarakan ide-ide
atau pengertian-pengertian umum. ide-ide ini sifatnya riil, universal, absolut,
mutlak, hakiki. Sedangkan aktualisasi ide bersifat maya, semu, berubah-ubah,
tidak langgeng, tidak mutlak, bersifat khusus.
Ø
Fisika: yang membicarakan dunia materi,
teramati secara epirik dengan indrawi.
Ø
Etika: yang membicarakan perbuatan
manusia ditinjau dari sudut pandang baik dan tidak baik / buruk.
·
Aristoteles,
sebagai seorang murid Plato membagi filsafat menjadi empat macam cabang
diantaranya adalah:
Ø
Logika: dianggap sebagai ilmu pendahuluan
dari filsafat. Logika sebagai ilmu yang mendasari semua ilmu yang lain. Semua
ilmu menggunakan logika sebagai dasar pemikirannya. Semua ilmu mempunyai sifat
benar dan kebenarannya itu selaras dengan kaidah logika.
Ø
Filsafat Teoritis: didalamnya ada tiga
cabang: (1) Ilmu Fisika, yang membicarakan dnia materi dari alam nyata; (2)
Ilmu Matematika, yang membicarakan benda alam dalam kuantitasnya; (3) Ilmu
Metafisika, yang membicarakan hakikat dibalik yang fisik yaitu hakikat atau
subtansi dari segala sesuatu.
Ø
Filsafat Praktis: didalamnya ada tiga
cabang yaitu: (1) Ilmu Etika, membahas tingkah laku manusia ditinjau dari
kualitas baik dan tidak baik; (2) Ilmu Ekonomi, mengatur entang anggaran rumah
tangga, termasuk didalamnya mengatur pemasuan dan pengeluaran; (3) Ilmu
Politik, yang membahas kebijaksanaan negara, termasuk didalamnya kebijaksanaan
yang demokratisdan adil, berpihak pada kepentingan rakyat.
·
Poedjawijatna,
membagi filsafat menjadi beberapa cabang diantaranya adalah sebagai
berikut:
Ø
Ontologi: membahas tentang “ada” sebagai
yang ada. Adanya adalah absolut, hakiki, tetap tak berubah,yaitu berupa hakikat
atau subtansi.
Ø
Theodice: membahas tentang keberadaan
Tuhan yang dikaji dari sudut pandang rasional. Jadi pembuktian Tuhan secara
rasional.
Ø
Antropologi: membahas tentang manusia
sebagai pusat kajian, termasuk kebudayaannya, pandangan hidupnya.
Ø
Metafisika: membahas tentang “ada”
dibalik yang fisik atau membahas hakikat dibalik yang fisik.
Ø
Etika: membahas tingkah laku manusia
dilihat dari kacamata baik dan tidak baik.
Ø
Logika: yang meliputi logika minor dan
logika mayor. Logika membahas tentang segala sesuatu dilihat dari benar dan
tidak benar.
Ø
Estetika: membahas tentang masalah
keindahan.
·
Louis O.
Kattsoff, membagi filsafat menjadi sebelas cabang diantaranya ialah sebagai
berikut:
Ø
Cabang filsafat Logika;
Ø
Cabang filsafat Metodologi;
Ø
Cabang filsafat Metafisika yang dibagi lagi
menjadi, Ontologi dan Kosmologi;
Ø
Cabang filsafat Epistimologi;
Ø
Cabang filsafat Biologi;
Ø
Cabang filsafat Psikologi;
Ø
Cabang filsafat Sosiologi;
Ø
Cabang filsafat Antropologi;
Ø
Cabang filsafat Etika;
Ø
Cabang filsafat Estetika;
Ø
Cabang filsafat Agama (Kattsoff, 1986 : 12).
d.
Kedudukan
filsafat politik dalam cabang filsafat
3.
Salah satu isu politik Indonesia aktual adalah resuffle Kabinet, jelaskan hal tersebut
dari perspektif filsafat politik Plato dengan cara
a.
Tuliskan biografi
singkat Plato
b.
Uraikan filsafat politik
Plato
c.
Penerapan filsafat
politik Plato dalam me-resuffle
kabinet
Jawab:
a.
Biografi
Plato
Plato dilahirkan pada abad ke 5
SM, tepatnya pada tahun 427 SM di Athena, tetapi ada juga yang mengakatakan
bahwa plato dilahirkan di pulau aegina.Plato lahir bersamaan dengan terjadinya
perang pelopennesia.Ia lahir dari keluarga aristokrat Athena yang secara turun
temurun memiliki pengaruh dalam perpolitikan di Athena. Ayahnya bernama Ariston, seorang bangsawan keturunan raja
Kodrus. Raja ini hidup sekitar tahun 1068 SM, dan dikagumi oleh rakytanya
karena kebijaksanaan dan kecapakannya dalam memimpin.
Dari pihak ibunya, Plato keturunan
dari Solon, seorang ahli hokum terkemuka Athena, tokoh legendaris dan negarawan
agung Athena. Plato sebenranya hanya nama julukan, plato mempunyai nama
sebenarnya adalah aristokles. Namun karena mempunyai dahi dan bahu yang lebar
dan besar akhirnya di beri julukan oleh pelatih senamnya plato. Plato sendiri
dalam bahasa yunani berasal dari kata benda “platos” (kelebaranya) yang berasal
dari kata sifat “platus” yang berarti “lebar”.
Plato sudah ditinggal mati oleh
ayahnya ketika ia masih kecil. Kemudian ibunya menikah lagi dengan Pyrilampes
yang statusnya adalah paman sendiri.paman platon mempunyai kedudukan sebagai
politikus yang mempunyai hubungan dekat dengan pericles, seorang pemimpin dan
negarawan besar Athena yang baru saja meninggal. Dari pamannya ini Plato didik
menjadi anak yang cerdas.
Pada masa mudanya, Plato tertarik
pada masa depan kehidupan politik praktis. Cita-cita Plato ini mendapat
sambutan positif dari sebuah komite yang beranggotakan 30 orang penduduk
terkemuka. Plato diundang untuk menjadi anggotanya dan ia menyetujuinya. Plato
beranggapan bahwa tujuan mereka adalah untuk menggeser praktek kehidupan yang
tidak adil menjadi praktet kehidupan yang lebih adil, dan demikian pula dengan
system pemerintahannya.
Namun apa yang diharapkan Plato
tidak terwujud, karena tidak lama berselang perbuatan penguasa baru menyimpang
dari keadilan, berbuat sewenang-wenang. Kondisi perpolitikan yang seperti itu
membuat plato kecewa dan mengundurkan diri dari aktivitas politik.
Pada saat kekuasaan dipegang oleh
kaum demokrat, pada saat itu juga teman dan gurunya sekaligus yaitu Socrates
dihukum mati oleh pemerintah demokrat Athena, dengan alasan ajarannya
membahayakan kaum muda Athena, Socrates divonis dengan meminum racun oleh anggota
dewan.Pada saat ini Plato membujuk Socrates untuk melarikan diri, namun
Socrates menolak dan lebih memilih meminum racun demi mempertahankan kebenaran.
Semenjak peristiwa itu plato menjadi anti terhadap pemerintahan demokrasi dan
akhirnya meninggalkan Athena untuk berkelana keluar negeri. Setelah memasuki
tahun 388 SM, Plato kembali lagi ke kota Athena dan membuka akademi(sekolah
filsafat). Akademi itu terletak di hutan zaitun diluar kota Athena. Namun ada
juga versi lain yang mengakatan plato kembali pada tahun 387 SM( Hart,
2012:231). Dari akademi ini mencetak banyak tokoh-tokoh terkemuka pada saat itu
salah satunya murid yang paling terkenal diantara murid lainya adalah
Aritoteles.
Plato wafat pada tahun 347 SM pada
usia 80 tahun. Semasa hidupnya plato menghasilkan 36 buku. Tidak hanya mengenai
politik dan etika, akan tetapi juga mengenai metafiska dan teologi(Hart,
2012:232). Buku yang palingt terkenal karyanya adalah Replubic.Dimana dalam buku ini terdapat konsep sebuah Negara ideal.
b.
Filsafat
Politik Plato
Gaya pemikiran
Plato menggunakan bentuk dialog sebagaimana yang dilakukan oleh Socrates
gurunya. Dalam dialognya, Plato memaparkan tiga dialognya yang menyangkut semua
ide-ide substansialnya yakni Republic, Statesman, dan Laws. Ada empat konsep
fundamental yang menjadi dasar filsafat politiknya, di antaranya: (1) kebajikan
adalah pengetahuan, (2) manusia mempunyai bakat, kecerdasan, dan kemampuan yang
tidak sama, (3) negara adalah lembaga yang alami, dan (4) tujuan masyarakat
poltik adalah kebaikan bersama.
c. Penerapan filsafat politik Plato dalam me-resuffle kabinet
Penerapan politik Plato dalam me-resuffle kabinet yaitu seperti pemikiran
filsafat Plato dimana kebajikan adalah pengetahuan, kebajikan diperoleh dari
pengetahuan dalam hal ini adalah pengetahuan tentang kemampuan para menteri.
Dengan mengetahui kemampuan setiap menteri maka presiden bisa menilai
kinerjanya apabila tidak sesuai dengan bidang dan kemempuannya maka menteri
tersebut harus diganti, penggantian ini adalah kebajikan. Karena pada dasarnya
setiap manusia memiliki kemampuan, bakat dan kecerdasan yang berbeda. Jadi
kemampuan, bakat dan kecerdasan tersebut harus disesuaikan dengan bidangnya
misalnya seorang ahli ekonomi harus dimasukkan ke bidang perekonomian bukan
dimasukkan ke bidang olah raga. Hal itu demi mencapai kebaikan bersama, demi
memajukan negara karenaa negara merupakan hal alami.
4.
Sabda Raja Keraton Ngayogjakarto Hadiningrat
telah mengejutkan banyak pihak
a.
Pilih salah satu tokoh filsafat
b.
Uraikan secara singkat filsafat politiknya
c.
Penerapan filsafat politik dari tokoh tersebut
dalam mengkaji sabda raja
Jawab:
a.
Tokoh filsafat: Machiavelli
b. Pandangan
filsafat politiknya
Pandangan
yang bertentangan dengan karya politik Machiavelli hanya dapat didamaikan
dengan memahami teorinya tentang
manusia. Teori tersebut antara lain yaitu orang harus menerima apa adanya
“bahwa semua manusia jahat dan bahwa mereka akan selalu condong pada kejahatan
yang ada dalam pikirannya jika ada kesempatan”. Seperti yang kita semua ketahui
bahwa manusia akan melakukan kebaikan hanya jika ada kewajiban yang memaksa
mereka untuk melakukan kebaikan tersebut (Henry, 2009).
Manusia “tidak tahu terimakasih,
pembohong yang lihai, sangat ingin menghindari bahaya dan iri dengan hasil yang
dicapai orang lian”. Manusia adalah binatang yang berakal, yang selalu mementingkan
kepentingan diri sendiri, ketamakan pribadi, ketaktan, kesombongan, dan nafsu
akan kekuasaan. Machiavelli menjelaskan bagaimana cara raja berkelahi untuk
menjaga kepercayaan warga Negara serta orang-orang yang bekerja dengannya. Cara
tersebut yaitu dengan menggunakan hukum atau dengan cara manusia dan
menggunakan kekuatan atau dengan cara binatang. Cara kedua hanya dilakukan jika
cara yang pertama tidak berhasil, dan dalam menjalankan cara yang kedua ini
manusia harus meniru sikap rubah dan singa.
“Seorang penguasa yang baik harus
menjadi rubah untuk mengetahui jebakan dan singa untuk menakut-nakuti Serigala.
Mereka yang hanya ingin menjadi singa saja tidak memahami hal ini. Oleh karena
itu, penguasa yang hati-hati tidak harus menjaga kepercayaan jika hal ini akan
bertentangan dengan kepentingannya, dan ketika alas an-alasan yang mengikatnya
tidak ada lagi.”
Manusia yang ingin bertindak
seperti binatang memerlukan pikiran dan menuntut pelaksanaan prinsip rasional
demi sifat binatangnya. Manusia adalah makhluk animal rasional sehingga dapat menggunakan karakter dan kualitas
binatangnya berbeda-beda ketika situasi menuntut demikian. Ketika manusia
menggunakan kekuatan dibawah prinsip rasional, ia akan bertindak dengan cara
yang layak sebagai manusia, bukan binatang. Akan tetapi menurut Machiavelli
bependapat sebaliknya, yaitu bahwa kekuatan dan ketakutan selalu berarti
bertindak sebagai binatang dan binatang tidak pernah tunduk pada akal.
Machiavelli memisahkan dua watak
dan menempatkannya pada derajat yang sama, watak binatang dari manusia bias
dilepaskan dari subordinasi pada prinsip rasional, terpuji dan dibiarkan bebas
menjadi kekuatan yang berjalan sendiri. Pandangan ini menempatkan sisi rasional
manusia untuk melayani prinsip binatang dengan cara sedemikian rupa sehingga
akal menjadi instrument semata-mata untuk memuaskan keinginan lahiriah (Henry,
2009).
c. Sabda
raja menurut pandangan Machiavelli
Seperti pandangan filsafat politik
Machiavelli dimana raja yang baik harus menjadi rubah untuk menghindari jebakan
lawan. Karena raja tidak memiliki seorang putra yang menjadi penerusnya,
dikhawatirkan itu akan menimbulkan kekacauan untuk merebutkan kekuasaan. Untuk
menghindari hal tersebut maka raja mengeluarkan sabda raja untuk mengangkat
penerusnya dan melemahkan lawannya yang ingin berkuasa.
5.
Beberapa partai mengalami konflik internal yan
pada hakikatnya merupakan perebutan kekuasaan, analisislah perebutan kekuasaan
tersebut dalam perspektif politiknya Machiavelli dengan cara
a.
Tuliskan biografi
Machiavelli
b.
Uraikan filsafat politik Machiavelli
c.
Penerapan filsafat politik Machiavelli dalam
menganalisis perebutan kekuasaan tersebut
Jawab:
a.
Riwayat
Hidup Machiavelli
Machiavelli lahir di Florence pada
tahun 1469. Situasi politik di Italia pada masa Machiavelli adalah masa yang
sangat sulit. Italia terbagi menjadi lima Negara yang terpisah yaitu Milan,
Venice, Naples, Negara-negara Paus, dan Florence. Perancis, Jerman, dan Spanyol
merupakan Negara utama yang berusaha meraih hegemoni terhadap lima Negara
diatas. Untuk mempertahankan diri dari Negara-negara kota Italia bersekutu
dengan salah satu kekuatan besar ini, konsekuensinya adalah kedudukan mereka
sangat bergantung pada nasib pelindungnya.
Republic Florence bersekutu dengan
Perancis, oleh sebab itu pada saat Italia mengusir Perancis pada tahun 1512
mampu memperoleh kembali control kota ini dan mengakhiri pemerintahan republic.
Mchiavelli ditahan dalam operasi pembersihan dan setelah menjalani hukuman
singkatnya, ia diasingkan ditanah kelahirannya di dekat San Casciano. Kemudian
Machiavelli mulai menulis karya-karya besarnya antara lain The Price, Discources, A History of Florence, dan Mandragolayang
merupakan karya komedi pertamanya (Henry, 2009).
Machiavelli hidup dalam era yang penuh
dengan pergolakan dalam politik Italia. Moralitas politik mencapain titik
paling rendah dimana individu dan Negara saling bersaing meraih kekuasaan.
Negara-negara kota kecil Italia saling berperang, meluasnya kekerasan dan
pengkhianatan dalam jabatan public serta konspirasi dan pembunuhan. Hal
tersebut membuat mereka menjadi ahli dalam menggunakan tipu daya dan diplomasi,
berusaha saling menjatuhkan dll. Machiavelli berguru kepada Cesare Borgi, yaitu
orang yang kejam tetapi terampil, yang tidak ambil pusinng dengan pembunuhan
terhadap saudara dan saudara iparnya ketika hal itu dilakukan untuk
kepentingannya.
b.
Filsafat
politik Machiavelli
Ø Metodologi Machiavelli
Fokus perhatian pemikir politik
samapai zaman pencerahan adalah untuk membangun Negara ideal yang berkisar pada
norma dan tujuan terhadap “apa yang seharusnya ada”. Kandungan moral dari
politik sejak dari zaman Yunani kuno sudah kuat, akan tetapi formulasi teori
sebab-akibat tidak mengalami kemajuan yang berarti. Salah satu tokoh pemikir
pada abad pertengahan adalah Marsilius yang menekankan pentingnya mempelajari
cara-cara dalam ilmu politik, meskipun demikian dalam pengamatannyaMarsilius
tidak melakukan investigasi empiris sendiri, ia justru lebih banyak mengutip
penemuan-penemuan Aristoteles.
Machiavelli memperkenalkan
metodologi yang baru pada bidang ilmu politik. Perbedaannya terletak pada upaya
untuk menghapuskan konteks etika secara total dari realitas politik.
Machiavelli mempelajari proses politik semata-mata demi tujuan untuk menentukan
kelayakan dari praktik-praktik dan perangkat institusional dari kekuasaan
politik yang stabil. Dengan tidak memperdulikan moralitas dan imoralitas
aksi-aksi politik yang menuju pada ataupun menyimpang dari tujuan moral
manusia.
Machiavelli tidak banyak menaruh
perhatian pada orientasi Yunani-pertengahan yang menekankan hal-hal yang
seharusnya ada dalam tatanan politik. Ia berusaha memisahkan etika dari politik
dan pada saat yang sama ia justru sebenarnya membuat penilaian etis dalam
wilayah politik. Machiavelli menggunakan metode komparatif dalam pendekatannya
dalam bidang ilmu politik, yang mana ia mengandalkan sejarah bagi data
empirisnya.
Machiavelli menghubungkan “apa
yang saya pahami dengan membandingkan kejadian pada masa lampau dan kejadian
modern, dan memikirkan apa yang diperlukan bagi pemahaman yang lebih baik atas
kejadian tersebut, sehingga mereka yang membaca apa yang saya katakana bias
lebih mudah mengambil pelajaran yang berguna yang memang seharusnya perlu
dicapai dari studi sejarah”
Tujuan politik Machiavelli adalah
menciptakan ilmu politik, yang dimaksud ilmu politik adalah seperangkat
peraturan yang bias diikuti dan diandalkan oleh pemerintah secara penuh.
Menurut Machiavelli ilmu politik berarti ilmu keahlian praktis sebagai
negarawan. Machiavelli kemudian merumuskan hipotesis tertentu yang menurutnya
ditemukan dari pembacaan terhadap karya-karya Livy. Setelah itu ia melakukan
tes pada asumsi-asumsi ini dengan contoh-contoh yang diambil darisejarah kuno
pada masanya sehingga sampai pada hukum sebab-akibat yang mempunyai validitas
universal. Machiavelli memberikan perhatian pada metodologi yang dapat
diterapkan untuk menemukan rangkaian sebab dan domain politik dan perilaku
sosial. Manusia sepanjang masa digerakkan oleh hasrat dan reaksinya selalu
sama.
“ Karena tidak ada kejadian di dunia pada masa
kini, atau masa lainnya, kecuali mempunyai dan akan mempunyai padanannya di
masa lampau, yang terjadi karena kejadian-kejadian tersebut dilakukan oleh
manusia yang mempunyai keinginan yang sama sepanjang masa, pasti mempunyai
perilaku yang sama dalam situasi yang serupa”
Jika masa kini dibandingkan dengan
masa lampau, mudah dilihat bahwa disemua kota dan pada semua orang terdapat
keinginan dan hasrat yang sama sebagaimana adanya dahulu. Sehingga jika kita
mempelajari masa lampau dengan rajin, mudah meramalkan masa depan
persemakmuran, dan menawarkan obat penawar yang sudah digunakan pada masa
lampau atau jika kita tidak menemuakan obat penawar yang digunakan tersebut,
kita bias membuat yang baru yang kejadiannya mempunyai kesamaan (Machiavelli
dalam Henry, 2009).
Ø Psikologi Machiavelli
Pandangan yang bertentangan dengan
karya politik Machiavelli hanya dapat didamaikan dengan memahami teorinya tentang manusia. Teori tersebut
antara lain yaitu orang harus menerima apa adanya “bahwa semua manusia jahat
dan bahwa mereka akan selalu condong pada kejahatan yang ada dalam pikirannya
jika ada kesempatan”. Seperti yang kita semua ketahui bahwa manusia akan
melakukan kebaikan hanya jika ada kewajiban yang memaksa mereka untuk melakukan
kebaikan tersebut (Henry, 2009).
Manusia “tidak tahu terimakasih,
pembohong yang lihai, sangat ingin menghindari bahaya dan iri dengan hasil yang
dicapai orang lian”. Manusia adalah binatang yang berakal, yang selalu mementingkan
kepentingan diri sendiri, ketamakan pribadi, ketaktan, kesombongan, dan nafsu
akan kekuasaan. Machiavelli menjelaskan bagaimana cara raja berkelahi untuk
menjaga kepercayaan warga Negara serta orang-orang yang bekerja dengannya. Cara
tersebut yaitu dengan menggunakan hukum atau dengan cara manusia dan
menggunakan kekuatan atau dengan cara binatang. Cara kedua hanya dilakukan jika
cara yang pertama tidak berhasil, dan dalam menjalankan cara yang kedua ini
manusia harus meniru sikap rubah dan singa.
“Seorang penguasa yang baik harus
menjadi rubah untuk mengetahui jebakan dan singa untuk menakut-nakuti Serigala.
Mereka yang hanya ingin menjadi singa saja tidak memahami hal ini. Oleh karena
itu, penguasa yang hati-hati tidak harus menjaga kepercayaan jika hal ini akan
bertentangan dengan kepentingannya, dan ketika alas an-alasan yang mengikatnya
tidak ada lagi.”
Manusia yang ingin bertindak
seperti binatang memerlukan pikiran dan menuntut pelaksanaan prinsip rasional
demi sifat binatangnya. Manusia adalah makhluk animal rasional sehingga dapat menggunakan karakter dan kualitas
binatangnya berbeda-beda ketika situasi menuntut demikian. Ketika manusia
menggunakan kekuatan dibawah prinsip rasional, ia akan bertindak dengan cara
yang layak sebagai manusia, bukan binatang. Akan tetapi menurut Machiavelli
bependapat sebaliknya, yaitu bahwa kekuatan dan ketakutan selalu berarti
bertindak sebagai binatang dan binatang tidak pernah tunduk pada akal.
Machiavelli memisahkan dua watak
dan menempatkannya pada derajat yang sama, watak binatang dari manusia bias
dilepaskan dari subordinasi pada prinsip rasional, terpuji dan dibiarkan bebas
menjadi kekuatan yang berjalan sendiri. Pandangan ini menempatkan sisi rasional
manusia untuk melayani prinsip binatang dengan cara sedemikian rupa sehingga
akal menjadi instrument semata-mata untuk memuaskan keinginan lahiriah (Henry,
2009).
Ø Tujuan Menghalalkan
Cara
Para
pakar modern umumnya bersepakat bahwa tujuan utama sebagaimana dinyatakan dalam
Discourse adalah demi kebaikan rakyat
Italia.Machiavelli dalam tulisannya itu mengikuti tradisi kuno yang membedakan
antara kerajaan dan tirani. Kerajaan dipandang sebagai penjelmaan kekuasaan
bagi kebaikan rakyat, sedangkan tirani adalah kekuasaan untuk memenuhi
kepentingan pribadi penguasa.
Penguasa
yang baik adalah orang yangtujuannya bukan untuk kepentingan dirinya sendiri
tetapi untuk kepentingan dan kebaikan umum, dan bukan untuk kepentingan
penggantinya melainkan demi tanah air yang menjadi milik semua orang. Demi
mencapai tujuan yang baik semua cara yang diperlukan bisa dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Tujuan baik menurut Machiavelli adalah tujuan demi
bangsa dan negara Italia. Oleh karena itu ketika melihat perpecahan bangsanya
akibat mengedepankan kepentingan individu dan kelompok, Machiavelli memberi
resep jalan keluar agar kepentingan bangsa dan Negara bisa terwujud kembali,
maka dibutuhkan penguasa yang kuat yang mampu menjadi pemersatu, dan jika perlu
dibenarkan menggunakan cara-cara yang menyimpang dari aturan moral.
Seorang
penguasa, tidak wajib membahas apakah tindakannya secara moral layak atau
adakah batas-batas etis yang boleh dilanggarnya. Dengan membebaskan dirinya
dari penilaian moral, seorang raja bisa mengerahkan seluruh energinya untuk
keputusan praktis empiris. Satu-satunya pembatasan adalah bahwa ia harus
menggunakannya untuk tujua yang benar, yaitu tujuan tercapainya persatuan,
keutuhan bangsa dan negara. Oleh karena itu cara-cara seperti ini oleh Machiavelli
dianggap mempunyai dasar alasan yang masuk akal.
Machiavelli
tidak mau mengikuti pemikiran tradisi pendahulunya seperti Kristen dan
Aristoteles, yang menekankan adanya suatu cara harus selalu sejalan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Ia melepaskan dirinya dari prinsip itu, dengan
membangun prinsipnya sendiri denan mengatakan bahwa kebenaran riil pada
hakikatnya lebih utama dan penting daripada terus berkhayal yang tidak bisa
menyelesaikan masalah. Karena,bagaimanapun kita hidup, ternyata terlepas dari
bagaimana seharusnya kita hidup, dan orang yang meninggalkan apa yang dilakukan
demi apa yang seharusnya dilakukan maka ia akan menghancurkan dirinya dan
bukannya melanggengkan dirinya (Schmandt, 2009:258)
Ø Moralitas Masyarakat
dan Moralitas Individu
Machiavelli
membuat perbedaan antara moralitas masyarakat dan moralitas individu. Jika
kedua moralitas ini di terapkan dalam kehidupan penguasa maka ia akan bertindak
dengan standar ganda sebagai pribadi, perilakunya harus sejalan dengan
keyakinan Agama dan moralnya. Ketika ia bertindak sebagai pejabat publik, maka
perilakunya hanya diatur oleh konsekuensi praktis tanpa terikat pada
pertimbangan moral.
Dikotomi
ini dapat terlihat saat terjadi krisis nasional. Ketika keputusan harus
secepatnya diambil karena membahayakan keselamatan bangsa dan negara maka tidak
perlu ada pertimbangan tentang keadilan, kebaikan, maupun pujian atau celaan
atas putusan tersebut. Jadi keputusan yang diambil hanya mempertimbangkan
keselamatan bangsa dan negara saja. Pandangan Machiavelli ini bertolak belaka
dengan pandangan Kristen sebelumnya yang menganggap moralitas publik dan
moralitas individu diatur oleh hukum yang sama. Artinya, perilaku jahat tetap
dikatakan jahat baik yang dilakukan oleh pejabat publik atau oleh individu.
Ø Sudut Pandang
Machiavelli tentang Kebaikan Umum dan Kebajikan
Machiavelli
tidak menyetujui sepenuhnya apa yang menjadi konsep kebaikan umum di era Yunani
pertengahan. Menurut konsep Yunani pertengahan tentang kebaikan umum terdapat
dua unsur pokok yaitu (1) kebaikan harus untuk semua orang dan bukan bagi
keuntungan penguasa atau golongan tertentu (2) apa yang baik bagi masyarakat
adalah apa yang berakar dalam dan diukur oleh hukum alam, bukan apa yang
didasarkan atas kehendak sewenang-wenang manusia. Machiavelli hanya menyetujui
yang pendapat yang pertama saja. Menurut Machiavelli pemimpin politik tidak
boleh bertindak untuk kepentingannya sendiri tetapi untuk kebaikan semua orang.
Pada saat yang sama Machiavelli menentukan validitas tindakan raja bukan
standar moral tetapi demam uji pragmatis keberhasilan yang diukur dari
stabilitas dan ketangguhan kekuasaan politik. Dengan demikian menurut
Machiavelli penguasa yang bertindak karena cinta tanah air dan berhasil maka
upayanya ini dianggap demi kepentingan umum. Hal ini berbeda dengan pemikiran
sebelumnya bahwa tindakan penguasa demi kepentingan umum tidak berarti tindakan
itu harus baik, tetapi tindakan itu mesti memenuhi unsur publik saja.
Terkait dengan kebajikan, bagi Machiavelli lebih
dikaitkan dengan tampilnya penguasa yang berhasil mengelola negara terlepas
dari kekejamannya. Machiavelli juga menganggap bahwa “kejujuran adalah
kebajikan yang terbaik”. Kejujuran lebih dikaitkan dengan perbuatan yang
mendatangkan keuntungan dalam kondisi tertentu. Dalam kondisi tertentu,
perbuatan orang yang tidak menghasilkan manfaat apa-apa bagi masyarakat maka
tindakan tersebut tidak bermakna jujur. Jadi kejujuran sifatnya sangat
pragmatis bukan idealis
Ø Discourses dan Raja
Dalam konteks ini yang perlu dikemukakan adalah karya besar
Machiavelli yang secara substansial mengandung kontradiksi, yaitu antara The
Prince dan Discourses. The Prince membenarkan kekuasaan raja untuk berperilaku
amoral. Jika hal ini dikaitkan dengan isi Discourses yang mengajarkan tentang
kebaikan umum, maka untuk mencapai kebaikan umum raja dibenarkan menggunakan
cara-cara lewat perilaku moral. Jadi tujuannya baik tetapi proses pencapaiannya
yang tidak baik. Idealnya, tujuaannya baik maka proses pencapaiannya juga baik.
Namun, yang ideal ini, tidak menjadi perhatian Machiavelli karena kondisi
masyarakat Italia waktu itu dalam keadaan yang tidak bersatu, disintegrasi
sehingga tidak memungkinkan untuk dipulihkan kembali persatuannya dengan
cara-cara moral.
Jadi jika dianalisis secara substansial, antara The Prince dan Discourses tidak ada
relevansinya, terjadi kontradiksi. Tetapi jika dianalisis secara fungsional
praktis, antara dua karya Machiavelli itu ada relevansinya, bisa diterima, bisa
dibenarkan. Sebagaimana dijelaskan
machiavelli, meskipun ia menganggap republik sebagai bentuk ideal
masyarakat, namun ia mengakui bahwa tipe ini hanya bisa berlangsung ketika
kondisi historis dan karakter politik rakyat mendukung. Kenyataannya kondisi
politik di Italia penuh dengn konflik, perpecahan, korupsi. Melihat kondisi
politik seperti ini, Machiavelli berkesimpulan bahwa satu-satunya jenis
kekuasaan yang berhasil di Italia adalah kekuasaan tiran yang bijak yang mampu
menagani semua pertentangan dan menyatukan negara.
Relevansi antara The Prince dan discourses ini juga bisa
diterima dan dibenarkan, sebagaimana manusia pada dasarnya jahat dan sepenuhnya
korup, sehingga moralitas tidak mempunyai tempat dalam kehidupan publik, maka
hanya kekuasaan tiran yang kejam dakann absolut yang harus dimunculkan untuk
menekan kejahatan rakyat dan mempertahankan tatanan.
Ø Watak Negara
Machiavelli dalam tulisannya tidak
banyak membahas watak dan organisasi Negara, meskipun ia memandang Negara
sebagai institusi yang ada dengan kebenarannya tanpa mengacu pada tatanan yang
lebih tinggi. Namun yang menjadi perhatian adalah watak manusia, karena
bagaimana pun kondisi Negara lebih banyak dipengaruhi oleh watak. Terhadap
watak manusia, Machiavelli sangat pesimis tidak percaya pada watak tersebut.
Ketidak percayaan terhadap watak
manusia itu, mendorong dirinya untuk menempatkan penguasa politik di luar
kelompok dan bahkan membebaskannya dari moralitas yang diterapkan dalam
masyarakat. Dengan pembebasan moral ini, kedudukan penguasa menjadi kuat,
dominan, absolut namun tetap bijaksana, yang mengedepankan kepentingan bangsa
dan negara.
Dasar pemikiran Machiavelli dalam
politiknya berpijak pada premis manusia yang mempunyai watak jahat, Machiavelli
terdorong keinginannya untuk menulis karya filsafat politik dengan menempatkan
penguasa sebagai posisi sentral, terlepas dari kaidah-kaidah moral, agar ia
mampu mengatur kehidupan masyarakat dalam kondisi bersatu, utuh, dan tidak
terjadi perpecahan.
Dalam kehidupan bernegara, Machiavelli
juga memberikan ruang kebebasan individu sepanjang ruang kebebasan itu tidak
menganggu keselamatan dan stabilitas tatanan politik. Oleh karena itu, apa pun
kebebasan yang dimiliki oleh orang-orang untuk menjalankan inisiatif dalam
masyarakat politik akan tetap diberikan sepanjang demi kepentingan bangsa dan
Negara dan bukan karena hak etis.
c.
Perebutan
kekuasaan menurut pandangan Machiavelli
Menurut pandangan Machiavelli,
pada dasarnya manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Dimana mereka
saling berusaha untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan. Dalam suatu partai
politik pasti setiap orang ingin berkuasa. Keinginan itulah yang menyebabkan
perpecahan di tubuh partai.
No comments:
Post a Comment