Saturday, 4 July 2015

FILSAFAT POLITIK: cabang-cabang dan ciri pemikiran filsafat

1.      Setiap ilmu memiliki objek material dan objek formal, apa yang menjadi objek materi dan objek formal filsafat politik, sebut dan jelaskan
Jawab:
Objek materia filsafat politik, yaitu objek pembahasan filsafat yang meliputi segala sesuatu baik yang bersifat material konkrit maupun sesuatu yang bersifat abstrak, dalam hal ini objek materia filsafat politik adalah hal ihwal kewarganegaraan. Sedangkan objek forma filsafat politik adalah cara memandang seseorang peneliti terhadap objek materia tersebut, dalam hal ini objek forma filsafat politik adalah pandangan mengenai hal ihwal kewarganegaraan.

2.      Untuk dapat berfilsafat politik, mahasiswa harus memahami apa itu filsafat
a.       Jelaskan arti filsafat
b.      Sebut dan jelaskan secara singkat ciri pemikiran filsafat
c.       Sebutkan cabang-cabang filsafat
d.      Gambarkan dengan bantuan pohon filsafat letak filsafat politik dalam cabang filsafat
Jawab:
a.       Filsafat artinya sama dengan falsafah=philosophia yang artinya cinta kebijaksanaan (Philo=cinta, sophia=kebijaksanaan). Filsafat menemukan sebuah kebenaran karena filsafat merupakan ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Filsafat bertujuan mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin, mengajukan kritik dan menilai pengetahuan ini, menemukan hakikatnya dan menerbitkan serta mengatur semuannya itu, di dalam bentuk yang sistematis. Filsafat membawa kita kepada pemahaman dan pemahaman membawa kita kepada tindakan yag lebih layak.
b.      Ciri pemikiran filsafat
·         Louis O.Kattsoff, ciri emikiran filsafat ada enam
v  Sebagai suatu bagan konsepsional
v  Saling hubngan antar jawaban-jawaban kefilsafatan
v  Bersifat koheren
v  Merupakan pemikiran rasional
v  Bersifat menyeluruh
v  Suatu pandangan dunia
·         Suyadi, M.P., ciri pemikiran filsafat sebagai berikut
v  Bersifat menyeluruh
v  Bersifat mendasar dan mendalam
v  Bersifat spekulatif
c.       Cabang-cabang filsafat menurut beberapa Ahli:
· Plato, membedakan lapangan filsafat menjadi tiga macam cabang diantaranya:
Ø  Dialektika: yang membicarakan ide-ide atau pengertian-pengertian umum. ide-ide ini sifatnya riil, universal, absolut, mutlak, hakiki. Sedangkan aktualisasi ide bersifat maya, semu, berubah-ubah, tidak langgeng, tidak mutlak, bersifat khusus.
Ø  Fisika: yang membicarakan dunia materi, teramati secara epirik dengan indrawi.
Ø  Etika: yang membicarakan perbuatan manusia ditinjau dari sudut pandang baik dan tidak baik / buruk.
· Aristoteles, sebagai seorang murid Plato membagi filsafat menjadi empat macam cabang diantaranya adalah:
Ø  Logika: dianggap sebagai ilmu pendahuluan dari filsafat. Logika sebagai ilmu yang mendasari semua ilmu yang lain. Semua ilmu menggunakan logika sebagai dasar pemikirannya. Semua ilmu mempunyai sifat benar dan kebenarannya itu selaras dengan kaidah logika.
Ø  Filsafat Teoritis: didalamnya ada tiga cabang: (1) Ilmu Fisika, yang membicarakan dnia materi dari alam nyata; (2) Ilmu Matematika, yang membicarakan benda alam dalam kuantitasnya; (3) Ilmu Metafisika, yang membicarakan hakikat dibalik yang fisik yaitu hakikat atau subtansi dari segala sesuatu.
Ø  Filsafat Praktis: didalamnya ada tiga cabang yaitu: (1) Ilmu Etika, membahas tingkah laku manusia ditinjau dari kualitas baik dan tidak baik; (2) Ilmu Ekonomi, mengatur entang anggaran rumah tangga, termasuk didalamnya mengatur pemasuan dan pengeluaran; (3) Ilmu Politik, yang membahas kebijaksanaan negara, termasuk didalamnya kebijaksanaan yang demokratisdan adil, berpihak pada kepentingan rakyat.
· Poedjawijatna, membagi filsafat menjadi beberapa cabang diantaranya adalah sebagai berikut:
Ø  Ontologi: membahas tentang “ada” sebagai yang ada. Adanya adalah absolut, hakiki, tetap tak berubah,yaitu berupa hakikat atau subtansi.
Ø  Theodice: membahas tentang keberadaan Tuhan yang dikaji dari sudut pandang rasional. Jadi pembuktian Tuhan secara rasional.
Ø  Antropologi: membahas tentang manusia sebagai pusat kajian, termasuk kebudayaannya, pandangan hidupnya.
Ø  Metafisika: membahas tentang “ada” dibalik yang fisik atau membahas hakikat dibalik yang fisik.
Ø  Etika: membahas tingkah laku manusia dilihat dari kacamata baik dan tidak baik.
Ø  Logika: yang meliputi logika minor dan logika mayor. Logika membahas tentang segala sesuatu dilihat dari benar dan tidak benar.
Ø  Estetika: membahas tentang masalah keindahan.
· Louis O. Kattsoff, membagi filsafat menjadi sebelas cabang diantaranya ialah sebagai berikut:
Ø  Cabang filsafat Logika;
Ø  Cabang filsafat Metodologi;
Ø  Cabang filsafat Metafisika yang dibagi lagi menjadi, Ontologi dan Kosmologi;
Ø  Cabang filsafat Epistimologi;
Ø  Cabang filsafat Biologi;
Ø  Cabang filsafat Psikologi;
Ø  Cabang filsafat Sosiologi;
Ø  Cabang filsafat Antropologi;
Ø  Cabang filsafat Etika;
Ø  Cabang filsafat Estetika;
Ø  Cabang filsafat Agama (Kattsoff, 1986 : 12).
d.      Kedudukan filsafat politik dalam cabang filsafat

3.      Salah satu isu politik Indonesia aktual adalah resuffle Kabinet, jelaskan hal tersebut dari perspektif filsafat politik Plato dengan cara
a.       Tuliskan biografi singkat Plato
b.      Uraikan filsafat politik Plato
c.       Penerapan filsafat politik Plato dalam me-resuffle kabinet
Jawab:
a.      Biografi Plato
Plato dilahirkan pada abad ke 5 SM, tepatnya pada tahun 427 SM di Athena, tetapi ada juga yang mengakatakan bahwa plato dilahirkan di pulau aegina.Plato lahir bersamaan dengan terjadinya perang pelopennesia.Ia lahir dari keluarga aristokrat Athena yang secara turun temurun memiliki pengaruh dalam perpolitikan di Athena. Ayahnya bernama  Ariston, seorang bangsawan keturunan raja Kodrus. Raja ini hidup sekitar tahun 1068 SM, dan dikagumi oleh rakytanya karena kebijaksanaan dan kecapakannya dalam memimpin.
Dari pihak ibunya, Plato keturunan dari Solon, seorang ahli hokum terkemuka Athena, tokoh legendaris dan negarawan agung Athena. Plato sebenranya hanya nama julukan, plato mempunyai nama sebenarnya adalah aristokles. Namun karena mempunyai dahi dan bahu yang lebar dan besar akhirnya di beri julukan oleh pelatih senamnya plato. Plato sendiri dalam bahasa yunani berasal dari kata benda “platos” (kelebaranya) yang berasal dari kata sifat “platus” yang berarti “lebar”.
Plato sudah ditinggal mati oleh ayahnya ketika ia masih kecil. Kemudian ibunya menikah lagi dengan Pyrilampes yang statusnya adalah paman sendiri.paman platon mempunyai kedudukan sebagai politikus yang mempunyai hubungan dekat dengan pericles, seorang pemimpin dan negarawan besar Athena yang baru saja meninggal. Dari pamannya ini Plato didik menjadi anak yang cerdas.
Pada masa mudanya, Plato tertarik pada masa depan kehidupan politik praktis. Cita-cita Plato ini mendapat sambutan positif dari sebuah komite yang beranggotakan 30 orang penduduk terkemuka. Plato diundang untuk menjadi anggotanya dan ia menyetujuinya. Plato beranggapan bahwa tujuan mereka adalah untuk menggeser praktek kehidupan yang tidak adil menjadi praktet kehidupan yang lebih adil, dan demikian pula dengan system pemerintahannya.
Namun apa yang diharapkan Plato tidak terwujud, karena tidak lama berselang perbuatan penguasa baru menyimpang dari keadilan, berbuat sewenang-wenang. Kondisi perpolitikan yang seperti itu membuat plato kecewa dan mengundurkan diri dari aktivitas politik.
Pada saat kekuasaan dipegang oleh kaum demokrat, pada saat itu juga teman dan gurunya sekaligus yaitu Socrates dihukum mati oleh pemerintah demokrat Athena, dengan alasan ajarannya membahayakan kaum muda Athena, Socrates divonis dengan meminum racun oleh anggota dewan.Pada saat ini Plato membujuk Socrates untuk melarikan diri, namun Socrates menolak dan lebih memilih meminum racun demi mempertahankan kebenaran. Semenjak peristiwa itu plato menjadi anti terhadap pemerintahan demokrasi dan akhirnya meninggalkan Athena untuk berkelana keluar negeri. Setelah memasuki tahun 388 SM, Plato kembali lagi ke kota Athena dan membuka akademi(sekolah filsafat). Akademi itu terletak di hutan zaitun diluar kota Athena. Namun ada juga versi lain yang mengakatan plato kembali pada tahun 387 SM( Hart, 2012:231). Dari akademi ini mencetak banyak tokoh-tokoh terkemuka pada saat itu salah satunya murid yang paling terkenal diantara murid lainya adalah Aritoteles.
Plato wafat pada tahun 347 SM pada usia 80 tahun. Semasa hidupnya plato menghasilkan 36 buku. Tidak hanya mengenai politik dan etika, akan tetapi juga mengenai metafiska dan teologi(Hart, 2012:232). Buku yang palingt terkenal karyanya adalah Replubic.Dimana dalam buku ini terdapat konsep sebuah Negara ideal.
b.      Filsafat Politik Plato
Gaya pemikiran Plato menggunakan bentuk dialog sebagaimana yang dilakukan oleh Socrates gurunya. Dalam dialognya, Plato memaparkan tiga dialognya yang menyangkut semua ide-ide substansialnya yakni Republic, Statesman, dan Laws. Ada empat konsep fundamental yang menjadi dasar filsafat politiknya, di antaranya: (1) kebajikan adalah pengetahuan, (2) manusia mempunyai bakat, kecerdasan, dan kemampuan yang tidak sama, (3) negara adalah lembaga yang alami, dan (4) tujuan masyarakat poltik adalah kebaikan bersama.
c.       Penerapan filsafat politik Plato dalam me-resuffle kabinet
            Penerapan politik Plato dalam me-resuffle kabinet yaitu seperti pemikiran filsafat Plato dimana kebajikan adalah pengetahuan, kebajikan diperoleh dari pengetahuan dalam hal ini adalah pengetahuan tentang kemampuan para menteri. Dengan mengetahui kemampuan setiap menteri maka presiden bisa menilai kinerjanya apabila tidak sesuai dengan bidang dan kemempuannya maka menteri tersebut harus diganti, penggantian ini adalah kebajikan. Karena pada dasarnya setiap manusia memiliki kemampuan, bakat dan kecerdasan yang berbeda. Jadi kemampuan, bakat dan kecerdasan tersebut harus disesuaikan dengan bidangnya misalnya seorang ahli ekonomi harus dimasukkan ke bidang perekonomian bukan dimasukkan ke bidang olah raga. Hal itu demi mencapai kebaikan bersama, demi memajukan negara karenaa negara merupakan hal alami.
4.      Sabda Raja Keraton Ngayogjakarto Hadiningrat telah mengejutkan banyak pihak
a.       Pilih salah satu tokoh filsafat
b.      Uraikan secara singkat filsafat politiknya
c.       Penerapan filsafat politik dari tokoh tersebut dalam mengkaji sabda raja
Jawab:
a.       Tokoh filsafat: Machiavelli
b.      Pandangan filsafat politiknya
Pandangan yang bertentangan dengan karya politik Machiavelli hanya dapat didamaikan dengan memahami  teorinya tentang manusia. Teori tersebut antara lain yaitu orang harus menerima apa adanya “bahwa semua manusia jahat dan bahwa mereka akan selalu condong pada kejahatan yang ada dalam pikirannya jika ada kesempatan”. Seperti yang kita semua ketahui bahwa manusia akan melakukan kebaikan hanya jika ada kewajiban yang memaksa mereka untuk melakukan kebaikan tersebut (Henry, 2009).
            Manusia “tidak tahu terimakasih, pembohong yang lihai, sangat ingin menghindari bahaya dan iri dengan hasil yang dicapai orang lian”. Manusia adalah binatang yang berakal, yang selalu mementingkan kepentingan diri sendiri, ketamakan pribadi, ketaktan, kesombongan, dan nafsu akan kekuasaan. Machiavelli menjelaskan bagaimana cara raja berkelahi untuk menjaga kepercayaan warga Negara serta orang-orang yang bekerja dengannya. Cara tersebut yaitu dengan menggunakan hukum atau dengan cara manusia dan menggunakan kekuatan atau dengan cara binatang. Cara kedua hanya dilakukan jika cara yang pertama tidak berhasil, dan dalam menjalankan cara yang kedua ini manusia harus meniru sikap rubah dan singa.
“Seorang penguasa yang baik harus menjadi rubah untuk mengetahui jebakan dan singa untuk menakut-nakuti Serigala. Mereka yang hanya ingin menjadi singa saja tidak memahami hal ini. Oleh karena itu, penguasa yang hati-hati tidak harus menjaga kepercayaan jika hal ini akan bertentangan dengan kepentingannya, dan ketika alas an-alasan yang mengikatnya tidak ada lagi.”
Manusia yang ingin bertindak seperti binatang memerlukan pikiran dan menuntut pelaksanaan prinsip rasional demi sifat binatangnya. Manusia adalah makhluk animal rasional sehingga dapat menggunakan karakter dan kualitas binatangnya berbeda-beda ketika situasi menuntut demikian. Ketika manusia menggunakan kekuatan dibawah prinsip rasional, ia akan bertindak dengan cara yang layak sebagai manusia, bukan binatang. Akan tetapi menurut Machiavelli bependapat sebaliknya, yaitu bahwa kekuatan dan ketakutan selalu berarti bertindak sebagai binatang dan binatang tidak pernah tunduk pada akal.
Machiavelli memisahkan dua watak dan menempatkannya pada derajat yang sama, watak binatang dari manusia bias dilepaskan dari subordinasi pada prinsip rasional, terpuji dan dibiarkan bebas menjadi kekuatan yang berjalan sendiri. Pandangan ini menempatkan sisi rasional manusia untuk melayani prinsip binatang dengan cara sedemikian rupa sehingga akal menjadi instrument semata-mata untuk memuaskan keinginan lahiriah (Henry, 2009).
c.       Sabda raja menurut pandangan Machiavelli
Seperti pandangan filsafat politik Machiavelli dimana raja yang baik harus menjadi rubah untuk menghindari jebakan lawan. Karena raja tidak memiliki seorang putra yang menjadi penerusnya, dikhawatirkan itu akan menimbulkan kekacauan untuk merebutkan kekuasaan. Untuk menghindari hal tersebut maka raja mengeluarkan sabda raja untuk mengangkat penerusnya dan melemahkan lawannya yang ingin berkuasa.
5.      Beberapa partai mengalami konflik internal yan pada hakikatnya merupakan perebutan kekuasaan, analisislah perebutan kekuasaan tersebut dalam perspektif politiknya Machiavelli dengan cara
a.       Tuliskan biografi Machiavelli
b.      Uraikan filsafat politik Machiavelli
c.       Penerapan filsafat politik Machiavelli dalam menganalisis perebutan kekuasaan tersebut
Jawab:
a.      Riwayat Hidup Machiavelli
Machiavelli lahir di Florence pada tahun 1469. Situasi politik di Italia pada masa Machiavelli adalah masa yang sangat sulit. Italia terbagi menjadi lima Negara yang terpisah yaitu Milan, Venice, Naples, Negara-negara Paus, dan Florence. Perancis, Jerman, dan Spanyol merupakan Negara utama yang berusaha meraih hegemoni terhadap lima Negara diatas. Untuk mempertahankan diri dari Negara-negara kota Italia bersekutu dengan salah satu kekuatan besar ini, konsekuensinya adalah kedudukan mereka sangat bergantung pada nasib pelindungnya.
            Republic Florence bersekutu dengan Perancis, oleh sebab itu pada saat Italia mengusir Perancis pada tahun 1512 mampu memperoleh kembali control kota ini dan mengakhiri pemerintahan republic. Mchiavelli ditahan dalam operasi pembersihan dan setelah menjalani hukuman singkatnya, ia diasingkan ditanah kelahirannya di dekat San Casciano. Kemudian Machiavelli mulai menulis karya-karya besarnya antara lain The Price, Discources, A History of Florence, dan Mandragolayang merupakan karya komedi pertamanya (Henry, 2009).
Machiavelli hidup dalam era yang penuh dengan pergolakan dalam politik Italia. Moralitas politik mencapain titik paling rendah dimana individu dan Negara saling bersaing meraih kekuasaan. Negara-negara kota kecil Italia saling berperang, meluasnya kekerasan dan pengkhianatan dalam jabatan public serta konspirasi dan pembunuhan. Hal tersebut membuat mereka menjadi ahli dalam menggunakan tipu daya dan diplomasi, berusaha saling menjatuhkan dll. Machiavelli berguru kepada Cesare Borgi, yaitu orang yang kejam tetapi terampil, yang tidak ambil pusinng dengan pembunuhan terhadap saudara dan saudara iparnya ketika hal itu dilakukan untuk kepentingannya.
b.      Filsafat politik Machiavelli
Ø  Metodologi Machiavelli
            Fokus perhatian pemikir politik samapai zaman pencerahan adalah untuk membangun Negara ideal yang berkisar pada norma dan tujuan terhadap “apa yang seharusnya ada”. Kandungan moral dari politik sejak dari zaman Yunani kuno sudah kuat, akan tetapi formulasi teori sebab-akibat tidak mengalami kemajuan yang berarti. Salah satu tokoh pemikir pada abad pertengahan adalah Marsilius yang menekankan pentingnya mempelajari cara-cara dalam ilmu politik, meskipun demikian dalam pengamatannyaMarsilius tidak melakukan investigasi empiris sendiri, ia justru lebih banyak mengutip penemuan-penemuan Aristoteles.
            Machiavelli memperkenalkan metodologi yang baru pada bidang ilmu politik. Perbedaannya terletak pada upaya untuk menghapuskan konteks etika secara total dari realitas politik. Machiavelli mempelajari proses politik semata-mata demi tujuan untuk menentukan kelayakan dari praktik-praktik dan perangkat institusional dari kekuasaan politik yang stabil. Dengan tidak memperdulikan moralitas dan imoralitas aksi-aksi politik yang menuju pada ataupun menyimpang dari tujuan moral manusia.
Machiavelli tidak banyak menaruh perhatian pada orientasi Yunani-pertengahan yang menekankan hal-hal yang seharusnya ada dalam tatanan politik. Ia berusaha memisahkan etika dari politik dan pada saat yang sama ia justru sebenarnya membuat penilaian etis dalam wilayah politik. Machiavelli menggunakan metode komparatif dalam pendekatannya dalam bidang ilmu politik, yang mana ia mengandalkan sejarah bagi data empirisnya.

Machiavelli menghubungkan “apa yang saya pahami dengan membandingkan kejadian pada masa lampau dan kejadian modern, dan memikirkan apa yang diperlukan bagi pemahaman yang lebih baik atas kejadian tersebut, sehingga mereka yang membaca apa yang saya katakana bias lebih mudah mengambil pelajaran yang berguna yang memang seharusnya perlu dicapai dari studi sejarah”
           
            Tujuan politik Machiavelli adalah menciptakan ilmu politik, yang dimaksud ilmu politik adalah seperangkat peraturan yang bias diikuti dan diandalkan oleh pemerintah secara penuh. Menurut Machiavelli ilmu politik berarti ilmu keahlian praktis sebagai negarawan. Machiavelli kemudian merumuskan hipotesis tertentu yang menurutnya ditemukan dari pembacaan terhadap karya-karya Livy. Setelah itu ia melakukan tes pada asumsi-asumsi ini dengan contoh-contoh yang diambil darisejarah kuno pada masanya sehingga sampai pada hukum sebab-akibat yang mempunyai validitas universal. Machiavelli memberikan perhatian pada metodologi yang dapat diterapkan untuk menemukan rangkaian sebab dan domain politik dan perilaku sosial. Manusia sepanjang masa digerakkan oleh hasrat dan reaksinya selalu sama.
             “ Karena tidak ada kejadian di dunia pada masa kini, atau masa lainnya, kecuali mempunyai dan akan mempunyai padanannya di masa lampau, yang terjadi karena kejadian-kejadian tersebut dilakukan oleh manusia yang mempunyai keinginan yang sama sepanjang masa, pasti mempunyai perilaku yang sama dalam situasi yang serupa”
            Jika masa kini dibandingkan dengan masa lampau, mudah dilihat bahwa disemua kota dan pada semua orang terdapat keinginan dan hasrat yang sama sebagaimana adanya dahulu. Sehingga jika kita mempelajari masa lampau dengan rajin, mudah meramalkan masa depan persemakmuran, dan menawarkan obat penawar yang sudah digunakan pada masa lampau atau jika kita tidak menemuakan obat penawar yang digunakan tersebut, kita bias membuat yang baru yang kejadiannya mempunyai kesamaan (Machiavelli dalam Henry, 2009).

Ø  Psikologi  Machiavelli
            Pandangan yang bertentangan dengan karya politik Machiavelli hanya dapat didamaikan dengan memahami  teorinya tentang manusia. Teori tersebut antara lain yaitu orang harus menerima apa adanya “bahwa semua manusia jahat dan bahwa mereka akan selalu condong pada kejahatan yang ada dalam pikirannya jika ada kesempatan”. Seperti yang kita semua ketahui bahwa manusia akan melakukan kebaikan hanya jika ada kewajiban yang memaksa mereka untuk melakukan kebaikan tersebut (Henry, 2009).
            Manusia “tidak tahu terimakasih, pembohong yang lihai, sangat ingin menghindari bahaya dan iri dengan hasil yang dicapai orang lian”. Manusia adalah binatang yang berakal, yang selalu mementingkan kepentingan diri sendiri, ketamakan pribadi, ketaktan, kesombongan, dan nafsu akan kekuasaan. Machiavelli menjelaskan bagaimana cara raja berkelahi untuk menjaga kepercayaan warga Negara serta orang-orang yang bekerja dengannya. Cara tersebut yaitu dengan menggunakan hukum atau dengan cara manusia dan menggunakan kekuatan atau dengan cara binatang. Cara kedua hanya dilakukan jika cara yang pertama tidak berhasil, dan dalam menjalankan cara yang kedua ini manusia harus meniru sikap rubah dan singa.
“Seorang penguasa yang baik harus menjadi rubah untuk mengetahui jebakan dan singa untuk menakut-nakuti Serigala. Mereka yang hanya ingin menjadi singa saja tidak memahami hal ini. Oleh karena itu, penguasa yang hati-hati tidak harus menjaga kepercayaan jika hal ini akan bertentangan dengan kepentingannya, dan ketika alas an-alasan yang mengikatnya tidak ada lagi.”
Manusia yang ingin bertindak seperti binatang memerlukan pikiran dan menuntut pelaksanaan prinsip rasional demi sifat binatangnya. Manusia adalah makhluk animal rasional sehingga dapat menggunakan karakter dan kualitas binatangnya berbeda-beda ketika situasi menuntut demikian. Ketika manusia menggunakan kekuatan dibawah prinsip rasional, ia akan bertindak dengan cara yang layak sebagai manusia, bukan binatang. Akan tetapi menurut Machiavelli bependapat sebaliknya, yaitu bahwa kekuatan dan ketakutan selalu berarti bertindak sebagai binatang dan binatang tidak pernah tunduk pada akal.
Machiavelli memisahkan dua watak dan menempatkannya pada derajat yang sama, watak binatang dari manusia bias dilepaskan dari subordinasi pada prinsip rasional, terpuji dan dibiarkan bebas menjadi kekuatan yang berjalan sendiri. Pandangan ini menempatkan sisi rasional manusia untuk melayani prinsip binatang dengan cara sedemikian rupa sehingga akal menjadi instrument semata-mata untuk memuaskan keinginan lahiriah (Henry, 2009).
Ø  Tujuan Menghalalkan Cara
Para pakar modern umumnya bersepakat bahwa tujuan utama sebagaimana dinyatakan dalam Discourse adalah demi kebaikan rakyat Italia.Machiavelli dalam tulisannya itu mengikuti tradisi kuno yang membedakan antara kerajaan dan tirani. Kerajaan dipandang sebagai penjelmaan kekuasaan bagi kebaikan rakyat, sedangkan tirani adalah kekuasaan untuk memenuhi kepentingan pribadi penguasa.
Penguasa yang baik adalah orang yangtujuannya bukan untuk kepentingan dirinya sendiri tetapi untuk kepentingan dan kebaikan umum, dan bukan untuk kepentingan penggantinya melainkan demi tanah air yang menjadi milik semua orang. Demi mencapai tujuan yang baik semua cara yang diperlukan bisa dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Tujuan baik menurut Machiavelli adalah tujuan demi bangsa dan negara Italia. Oleh karena itu ketika melihat perpecahan bangsanya akibat mengedepankan kepentingan individu dan kelompok, Machiavelli memberi resep jalan keluar agar kepentingan bangsa dan Negara bisa terwujud kembali, maka dibutuhkan penguasa yang kuat yang mampu menjadi pemersatu, dan jika perlu dibenarkan menggunakan cara-cara yang menyimpang dari aturan moral.
Seorang penguasa, tidak wajib membahas apakah tindakannya secara moral layak atau adakah batas-batas etis yang boleh dilanggarnya. Dengan membebaskan dirinya dari penilaian moral, seorang raja bisa mengerahkan seluruh energinya untuk keputusan praktis empiris. Satu-satunya pembatasan adalah bahwa ia harus menggunakannya untuk tujua yang benar, yaitu tujuan tercapainya persatuan, keutuhan bangsa dan negara. Oleh karena itu cara-cara seperti ini oleh Machiavelli dianggap mempunyai dasar alasan yang masuk akal.
Machiavelli tidak mau mengikuti pemikiran tradisi pendahulunya seperti Kristen dan Aristoteles, yang menekankan adanya suatu cara harus selalu sejalan dengan tujuan yang ingin dicapai. Ia melepaskan dirinya dari prinsip itu, dengan membangun prinsipnya sendiri denan mengatakan bahwa kebenaran riil pada hakikatnya lebih utama dan penting daripada terus berkhayal yang tidak bisa menyelesaikan masalah. Karena,bagaimanapun kita hidup, ternyata terlepas dari bagaimana seharusnya kita hidup, dan orang yang meninggalkan apa yang dilakukan demi apa yang seharusnya dilakukan maka ia akan menghancurkan dirinya dan bukannya melanggengkan dirinya (Schmandt, 2009:258)

Ø  Moralitas Masyarakat dan Moralitas Individu
Machiavelli membuat perbedaan antara moralitas masyarakat dan moralitas individu. Jika kedua moralitas ini di terapkan dalam kehidupan penguasa maka ia akan bertindak dengan standar ganda sebagai pribadi, perilakunya harus sejalan dengan keyakinan Agama dan moralnya. Ketika ia bertindak sebagai pejabat publik, maka perilakunya hanya diatur oleh konsekuensi praktis tanpa terikat pada pertimbangan moral.
Dikotomi ini dapat terlihat saat terjadi krisis nasional. Ketika keputusan harus secepatnya diambil karena membahayakan keselamatan bangsa dan negara maka tidak perlu ada pertimbangan tentang keadilan, kebaikan, maupun pujian atau celaan atas putusan tersebut. Jadi keputusan yang diambil hanya mempertimbangkan keselamatan bangsa dan negara saja. Pandangan Machiavelli ini bertolak belaka dengan pandangan Kristen sebelumnya yang menganggap moralitas publik dan moralitas individu diatur oleh hukum yang sama. Artinya, perilaku jahat tetap dikatakan jahat baik yang dilakukan oleh pejabat publik atau oleh individu.

Ø  Sudut Pandang Machiavelli tentang Kebaikan Umum dan Kebajikan
Machiavelli tidak menyetujui sepenuhnya apa yang menjadi konsep kebaikan umum di era Yunani pertengahan. Menurut konsep Yunani pertengahan tentang kebaikan umum terdapat dua unsur pokok yaitu (1) kebaikan harus untuk semua orang dan bukan bagi keuntungan penguasa atau golongan tertentu (2) apa yang baik bagi masyarakat adalah apa yang berakar dalam dan diukur oleh hukum alam, bukan apa yang didasarkan atas kehendak sewenang-wenang manusia. Machiavelli hanya menyetujui yang pendapat yang pertama saja. Menurut Machiavelli pemimpin politik tidak boleh bertindak untuk kepentingannya sendiri tetapi untuk kebaikan semua orang. Pada saat yang sama Machiavelli menentukan validitas tindakan raja bukan standar moral tetapi demam uji pragmatis keberhasilan yang diukur dari stabilitas dan ketangguhan kekuasaan politik. Dengan demikian menurut Machiavelli penguasa yang bertindak karena cinta tanah air dan berhasil maka upayanya ini dianggap demi kepentingan umum. Hal ini berbeda dengan pemikiran sebelumnya bahwa tindakan penguasa demi kepentingan umum tidak berarti tindakan itu harus baik, tetapi tindakan itu mesti memenuhi unsur publik saja.
            Terkait dengan kebajikan, bagi Machiavelli lebih dikaitkan dengan tampilnya penguasa yang berhasil mengelola negara terlepas dari kekejamannya. Machiavelli juga menganggap bahwa “kejujuran adalah kebajikan yang terbaik”. Kejujuran lebih dikaitkan dengan perbuatan yang mendatangkan keuntungan dalam kondisi tertentu. Dalam kondisi tertentu, perbuatan orang yang tidak menghasilkan manfaat apa-apa bagi masyarakat maka tindakan tersebut tidak bermakna jujur. Jadi kejujuran sifatnya sangat pragmatis bukan idealis
Ø  Discourses dan Raja
Dalam konteks ini yang perlu dikemukakan adalah karya besar Machiavelli yang secara substansial mengandung kontradiksi, yaitu antara The Prince dan Discourses. The Prince membenarkan kekuasaan raja untuk berperilaku amoral. Jika hal ini dikaitkan dengan isi Discourses yang mengajarkan tentang kebaikan umum, maka untuk mencapai kebaikan umum raja dibenarkan menggunakan cara-cara lewat perilaku moral. Jadi tujuannya baik tetapi proses pencapaiannya yang tidak baik. Idealnya, tujuaannya baik maka proses pencapaiannya juga baik. Namun, yang ideal ini, tidak menjadi perhatian Machiavelli karena kondisi masyarakat Italia waktu itu dalam keadaan yang tidak bersatu, disintegrasi sehingga tidak memungkinkan untuk dipulihkan kembali persatuannya dengan cara-cara moral.
Jadi jika dianalisis secara substansial, antara  The Prince dan Discourses tidak ada relevansinya, terjadi kontradiksi. Tetapi jika dianalisis secara fungsional praktis, antara dua karya Machiavelli itu ada relevansinya, bisa diterima, bisa dibenarkan. Sebagaimana dijelaskan  machiavelli, meskipun ia menganggap republik sebagai bentuk ideal masyarakat, namun ia mengakui bahwa tipe ini hanya bisa berlangsung ketika kondisi historis dan karakter politik rakyat mendukung. Kenyataannya kondisi politik di Italia penuh dengn konflik, perpecahan, korupsi. Melihat kondisi politik seperti ini, Machiavelli berkesimpulan bahwa satu-satunya jenis kekuasaan yang berhasil di Italia adalah kekuasaan tiran yang bijak yang mampu menagani semua pertentangan dan menyatukan negara.
Relevansi antara The Prince dan discourses ini juga bisa diterima dan dibenarkan, sebagaimana manusia pada dasarnya jahat dan sepenuhnya korup, sehingga moralitas tidak mempunyai tempat dalam kehidupan publik, maka hanya kekuasaan tiran yang kejam dakann absolut yang harus dimunculkan untuk menekan kejahatan rakyat dan mempertahankan tatanan.
Ø  Watak Negara
Machiavelli dalam tulisannya tidak banyak membahas watak dan organisasi Negara, meskipun ia memandang Negara sebagai institusi yang ada dengan kebenarannya tanpa mengacu pada tatanan yang lebih tinggi. Namun yang menjadi perhatian adalah watak manusia, karena bagaimana pun kondisi Negara lebih banyak dipengaruhi oleh watak. Terhadap watak manusia, Machiavelli sangat pesimis tidak percaya pada watak tersebut.
Ketidak percayaan terhadap watak manusia itu, mendorong dirinya untuk menempatkan penguasa politik di luar kelompok dan bahkan membebaskannya dari moralitas yang diterapkan dalam masyarakat. Dengan pembebasan moral ini, kedudukan penguasa menjadi kuat, dominan, absolut namun tetap bijaksana, yang mengedepankan kepentingan bangsa dan negara.
Dasar pemikiran Machiavelli dalam politiknya berpijak pada premis manusia yang mempunyai watak jahat, Machiavelli terdorong keinginannya untuk menulis karya filsafat politik dengan menempatkan penguasa sebagai posisi sentral, terlepas dari kaidah-kaidah moral, agar ia mampu mengatur kehidupan masyarakat dalam kondisi bersatu, utuh, dan tidak terjadi perpecahan.
Dalam kehidupan bernegara, Machiavelli juga memberikan ruang kebebasan individu sepanjang ruang kebebasan itu tidak menganggu keselamatan dan stabilitas tatanan politik. Oleh karena itu, apa pun kebebasan yang dimiliki oleh orang-orang untuk menjalankan inisiatif dalam masyarakat politik akan tetap diberikan sepanjang demi kepentingan bangsa dan Negara dan bukan karena hak etis.
c.       Perebutan kekuasaan menurut pandangan Machiavelli

Menurut pandangan Machiavelli, pada dasarnya manusia adalah serigala bagi manusia lainnya. Dimana mereka saling berusaha untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan. Dalam suatu partai politik pasti setiap orang ingin berkuasa. Keinginan itulah yang menyebabkan perpecahan di tubuh partai.

No comments:

Post a Comment